2.2 DFD (Data Flow Diagram)
merupakan suatu cara atau metode
untuk membuat rancangn sebuah sistem yang mana berorientasi pada alur data yang
bergerak pada sebuah sistem nantinya.
Dekomposisi proses dalam data flow diagram juga
menggunakan logika yang sama. Yang (mungkin) pelik bagi mereka yang baru
belajar DFD adalah susah membayangkan proses bisnis. Padahal pemahaman atas
proses bisnis inilah yang membuat dekomposisi proses dalam DFD menjadi mudah.
Sekarang, misalkan kita akan merancang DFD sistem penjualan. Pertama, kita harus tahu sitem penjualan dalam perusahaan itu seperti apa. Dalm buku-buku SIA, gambar DFD yang ada membahas mengenai sistem penjualan kredit dengan tahapan yang paling lengkap. Jadi, biasanya sistem penjualan akan dipecah menjadi subproses berikut.
Sekarang, misalkan kita akan merancang DFD sistem penjualan. Pertama, kita harus tahu sitem penjualan dalam perusahaan itu seperti apa. Dalm buku-buku SIA, gambar DFD yang ada membahas mengenai sistem penjualan kredit dengan tahapan yang paling lengkap. Jadi, biasanya sistem penjualan akan dipecah menjadi subproses berikut.
- Pemesanan (order) oleh pelanggan .
- Pengiriman barang
- Pengiriman faktur (tagihan)
- Menerima pelunasan kas dari konsumen
Di atas subproses tersebut adalah subproses sistem penjualan kredit dengan tahapan yang paling lengkap. Jadi subproses tersebut tidaklah dapat diterapkan dalam semua perusahaan. Adakalanya subproses tersebut perlu direvisi agar sesuai dengan konteks sebuah perusahaan.
Sebagai contoh, misalkan kita akan membuat DFD untuk merekam penjualan di toko swalayan, Sub proses mana yang relvan? Kita tahu, dalam toko swalayan, hanya ada penjualan tunai. Oleh karena itu, keempat subproses tersebut akan terjadi pada saat yang bersamaan. Jadi, dalam DFD penjualan tunai swalayan, sistem penjualan akan dipecah langsung menjadi (1) merekam barang yang dipesan konsumen dan (2) mencatat penerimaan kas.
Sebagai contoh lain, misalkan ada dua perusahaan yang sama-sama melakukan penjualan kredit. Perusahaan yang pertama memiliki kebijakan bahwa setiap order harus diikuti dengan satu kali pengiriman barang, dan harus dilunasi sekaligus dalam tempo 30 hari. Faktur sebelumnya mesti lunas, agar konsumen bisa memesan barang lagi. Perusahaan yang kedua, memiliki kebijakan yang berbeda. Konsumen boleh membeli dan membeli lagi, tiga kali bahkan empat kali, yang penting total penjualan kredit ke seorang konsumen tidak lebih dari limit kredit konsumen tersebut. Nantinya, pada saat pelunasan piutang, konsumen boleh melunasi 4 atau 5 atau bahkan 8 faktur sekaligus. Apa konsekuensi dari perbedaa kebijakan tersebut dalam menggambar DFD? Mungiin gambar DFD siklus penjualan kedua perusahaan tersebut serupa, tetpi perbedan kebijakan tersebut akan mengakibatkan perbedaan rancangan dokumen dan rancangan database
http://blogakuntansi.blogspot.com/2011/11/dekomposisi-proses-dalam-data-flow.html
Komentar
Posting Komentar